Timnas Indonesia, Bagai Pungguk Merindukan Bulan Piala AFF 2022?

Timnas Indonesia ditarget meraih gelar juara Piala AFF 2022 yang akan berlangsung mulai 20 Desember ini. Apakah ini yang namanya pungguk merindukan bulan?

Pungguk merindukan bulan adalah peribahasa Indonesia yang kira-kira bermakna hasrat menginginkan sesuatu yang sulit diraih. Peribahasa ini dirasa pas untuk Timnas Indonesia walau sangat berpeluang salah.

Situasinya, Timnas Indonesia menatap Piala AFF 2022 dengan kondisi tidak ideal. Pemain datang ke pemusatan latihan tanpa menjalani kompetisi sejak awal Oktober dan persiapan ini tak dibarengi laga uji coba.

Pemain-pemain Timnas, ibaratnya datang ke pemusatan latihan dengan kaki kaku, lemak menggumpal, dan stamina kendur. Situasi seperti ini tak pernah dialami Timnas Indonesia.

Karenanya Shin Tae Yong merancang program pelatihan fisik yang ketat. Kondisi pemain dinilai sangat tidak ideal untuk sebuah turnamen yang berlangsung dengan durasi jeda pertandingan hanya dua hari.

Sudah cuma dua hari, harus melakukan perjalanan panjang. Tim Garuda harus menjalani dua laga kandang dan dua laga tandang ke Kuala Lumpur (melawan Brunei) dan Manila (menghadapi Filipina).

Itu pula yang menjadi landasan untuk tak menggelar laga uji coba. Ini kontras dengan Thailand juga Vietnam sebagai dua kandidat kuat juara Piala AFF 2022, yang rajin menggelar laga persahabatan.

Beruntungnya, dua lawan awal yang akan dihadapi Fachruddin Aryanto dan kawan-kawan adalah tim guram. Lawan perdana Timnas Indonesia adalah Kamboja dan kedua Brunei. Setelah itu lawan Thailand dan Filipina.

Dua pertandingan awal, meski juga tak bisa diremehkan, bisa menjadi sarana pemanasan. Kamboja dan Brunei punya potensi mengejutkan, tetapi sejarah membuktikan keduanya belum pernah menang atas Indonesia di Piala AFF.

Itu pula mengapa pertandingan melawan Thailand menjadi ujian sesungguhnya. Menghadapi tim yang mengandaskan Timnas di final Piala AFF 2020 (2021) ini akan menjadi tolok ukur kinerja Shin dan pemain.

Adapun Filipina tak bisa dipandang sebelah mata. Selain The Azkals semakin berkembang, duel ini akan berlangsung di Manila setelah bertempur dengan Thailand di Stadion Utama Gelora Bung Karno.


Jika mencari alasan mengapa Timnas Indonesia tetap berpotensi menjuarai Piala AFF 2022, jawabannya kira-kira kisah SEA Games 1991 dan kualitas individu pemain-pemain 'asing' atau pemain yang tampil di luar negeri.

SEA Games 1991 adalah kisah emas terakhir sepak bola Indonesia. Ketika itu, di Filipina, tim Merah Putih berdiri di podium tertinggi setelah mengalahkan Thailand lewat drama adu penalti.

Yang bisa dipetik dari kisah emas itu adalah masa persiapan. Sebelum tampil di pesta olahraga Asia Tenggara itu, Anatoly Polosin, pelatih Timnas Indonesia, menggembleng pemain dengan latihan fisik keras.

Gemblengan ini yang terbukti membuat fisik pemain unggul atas lawan-lawannya. Perspektif Polosin saat itu, kualitas individu pemain Indonesia tak kalah, tetapi kapasitas fisiknya perlu sentuhan.

Shin Tae Yong berpandangan hampir sama. Fisik pemain Timnas dianggap lemah. Untuk tampil 90 menit, apalagi 120 menit dengan intensitas tinggi, dinilai belum memenuhi standar yang ia tetapkan.
Karenanya pula tak salah jika Shin sangat menekankan latihan fisik selama pemusatan latihan di Bali. Pada pagi hari pemain dijejali menu fisik di gymnasium, sore harinya sesi taktik dan fisik dengan pendekatan bola.

Hal lainnya yang bisa menjadi argumen penguat adalah kehadiran pemain-pemain yang tampil di luar negeri. Dari daftar 28 pemain yang dipanggil Shin, ada delapan pemain yang berkiprah di luar Indonesia.

Mereka itu adalah Saddil Ramdani, Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam Bahar, Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, Jordi Amat Mass, Sandy Walsh, dan Elkan Baggott.

Sayang Baggott sudah dipastikan tidak akan ikut tampil di Piala AFF 2022 karena lebih memilih memperkuat Gillingham FC yang sedang bersaing di papan bawah League Two.

Sementara Sandy juga harus menunggu izin KV Mechelen, karena Piala AFF 2022 berlangsung tepat saat kompetisi di Eropa berlangsung. Jika pun dilepas klub, mungkin saat lolos semifinal.

Bagaimana dengan pemain lainnya? Kinerja pemain selama pemusatan latihan jadi penentu. Jika pemain berlatih dengan maksimal dan menjaga gaya hidupnya dengan baik, bukan tak mungkin malah tampil menggila.

Atas dasar itu kiranya belum tepat menyandingkan peribahasa 'pungguk merindukan bulan' ke Timnas Indonesia. Seperti kata bijak: 'Do the best and let God do the rest'. Itu kiranya kunci sukses Timnas Indonesia.



cnnindonesia.com



Posting Komentar

© Inpost. All rights reserved. Premium By Raushan Design