Shin Tae-yong Dikirimi Surat Terbuka Jelang Timnas Indonesia Tampil di Kualifikasi Piala Asia 2023

Shin Tae-yong Dikirimi Surat Terbuka Jelang Timnas Indonesia Tampil di Kualifikasi Piala Asia 2023

 Shin Tae-yong bakal kembali memimpin Timnas Indonesia di laga internasional.

Usai tampil diajang Piala AFF 2022 dan SEA Games 2022.

Kini Shin Tae-yong bakal memimpin Timnas Indonesia diajang Kualifikasi Piala Asia 2023.

Pemerhati sepakbola Wina Armada Sukardi menuliskan surat terbuka untuk pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong.

Hal ini berkaitan dengan prestasi Timnas U23 Indonesia yang tak bisa meraih juara dalam perhelatan SEA Games Vietnam.

Berikut ini isi suratnya:

Pelatih Shin Tae-yong yang terhormat,

Saya menulis surat terbuka ini setelah beberapa hari sebelumnya menyaksikan kesebelasan Indonesia (PSSI) bertanding melawan Bangladesh di stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan kedudukan kacamata alias kosong-kosong.

Dukungan penuh penonton yang baru pertama baru boleh hadir lagi sejak pandemi covid-19, tak mampu membuat kesebelasan Indonesia menggapai kemenangan.

Hasil yang sangat mengecewakan, menginngat Bangledesh tidak memiliki “tradisi sepak bola,” dan peringkatnya berada 29 di bawah kita, yakni Indonesia berada di peringkat 159 dan Bangladesh cuma berada di peringkat 188.

Itu pun dengan catatan beberapa pemain utama Bangladesh tidak dapat ikut bertanding.

Maka permintaan maaf coach Shin Tae-yong atas hasil tersebut merupakan sesuatu yang wajar dan sudah seharusnya.

Melihat pertandingan itu, dan terutama menyadari skor pertandingan yang seri, selain menimbulkan serangkaian pertanyaan, juga menghadirkan sejumlah kekwahatiran mengenai bagaimana prestasi kesebelasan Indonesia di masa yang akan datang, termasuk yang terdekat bagaimana hasil kualifikasi Piala Asia 2023 yang bakal dihelat 8 - 15 Juni ini di Kuwait.

Di sana Indonesia tergabung di Grup B bersama Malaysia, Bahrain, dan Turkmenistan.

Jika melawan tim sekelas Bangladesh di hadapan penonton negeri sendiri saja kita tak mampu membobol gawang lawan, bagaimana kalau tarung dengan negara yang sepak bolanya kuat dan di negeri orang pula.

Menilik statistik dari 20 pertandingan di bawah kepemimpinan coach Shin Tae-yong , Indonesia cuma mencapai kemenangan 9 kali atau 47 persen.

Lalu lima kali imbang, dan enam kali kalah. Data ini. sebuah capaian yang masih di bawah standar.

Kalau sebuah rapot anak sekolah, untuk kelulusan menimal di angka rata-rata 60 persen dari rentang 100 persen, prestasi kesebelasan Indonesia termasuk masih belum lulus.

Apalagi dengan catatan Indonesia belum dapat mengalahkan dua pesaing utamanya di tingkat Asean, Vietnam dan Thailand.

Dengan begitu kekhawatiran bagaimana prestasi masa depan kesebelasan Indonesia, menjadi sesuatu yang wajar saja.

Salah satu kelemahan dari pemain Indonesia ialah kurangnya sikap disiplin terhadap diri sendiri.

Pemain Indonesia tidak terbiasa tampil “sampai titik darah terakhir dengan segala derita.”

Tidak mengherankan, pemain Indonesia sering tidak sanggup bersaing jika bermain pada klub internasional yang membutuhkan disiplin tinggi.

Kehadiran coach Shin Tae-yong yang menerapkan dan membangun disiplin kepada para pemain Indonesia, merupakan sesuatu yang sangat positif.

Terlihat mulai ada perubahan budaya dalam disiplin para pemain Indonesia. Dengan mulai munculnya disiplin yang tinggi, pemain juga mulai dapat lebih fokus.

Mereka lebih tegar menghadapi pertandingan, kendati belum sampai terlihat “mau berkorban sampai penderitaan dan kemampuan terakhir.”

Munculnya sedikit demi sedikit budaya disiplin, jelas sesuatu yang berharga dalam pengembangan dunia sepak bola Indonesia.

Dengan terbangunnya budaya disiplin, sepak bola Indonesia mempunyai fondasi yang kuat untuk berkembang. Ini merupakan sumbangsih dari coach Shin Tae-young.

Lain dari coach Shin Tae-yong mampu menemukan dan melahirkan pemain-pemain muda sangat potensial. Ronaldo Kwateh, Ferdinan Merselino, Pratama Arhan, dan Rizky Ridho sekedar menyebut beberapa nama sebagai contoh.

Munculnya bibit muda ini menunjukan ke depan Indonesia memiliki banyak pilihan pemain yang dapat menjadi pilar utama kesebelasan Indonesia.

Seandainya para pemain muda “temuan” Shin Tae-yong dapat terus berkembang, setidaknya Indonesia kelak sudah punya stock pemain yang handal.

Dalam hal gejala ini tak dapat dipungkiri, adanya kontribusi coach Shin Tae-yong.

Kami patut berterima kasih terhadap upaya-upaya ini kepada coach Shin Tae-yong.

Kesemua faktor-faktor itu tentu pada akhirnya ditujukan untuk membentuk kesebelasan Indonesia yang tangguh yang memiliki prestasi tinggi.

Tanpa adanya penampilan kesebelasan Indonesia yang berhasil menggapai hasil optimal, kesemua itu menjadi hampir tidak memberikan kesan berarti.

Tujuan semua proses itu adalah bermuara pada adanya kesebelasan nasional Indonesia yang tangguh dan berprestasi.

Dan terus terang aja, inilah yang selama ini belum coach Shin Tae-yong beritakan

Kami bukannya tidak faham untuk membentuk budaya sepak bola yang tangguh dan berprestasi bukan perkara simsalabin seperti sulap dalam sekejap bisa terjadi.

Kami pun menyadari untuk mempunyaai kesebelasan Indonesia yang tangguh dan beprestasi memerlukan proses dan waktu yang panjang. Kami faham sepenuhnya soal itu.

Namun dalam konteks itu pula, kami juga memerlukan kepastian ke arah mana kesebelasan nasional Indonesia mau berjalan.

Maaf, sebelumnya sebenarnya Indonesia juga memiliki banyak talenda pemain muda, tetapi faktanya lantaran tidak didukung budaya sepak bola yang kondusif untuk pemain, mereka tak pernah mengorbit sampai titik tertinggi. Mereka seakan ditelan zaman.

Kami sudah menunggu lebih dari sekitar tiga dekade datangnya kesebelasan Indonesia yang tangguh dan berprestasi.

Makanya kami terus terang saja haus terhadap kehebatan dan prestasi kesebelasan Indonesia.

Salah satu kepastian itu jika coach Shin Tae-yong mampu memberikan tanda-tanda adanya kemenangan dan prestasi yang baik dari kesebelasan Indonesia. Itu pertanda arah kepastian. Jika tidak, kami cuma melihat bayang-bayang baur yang dapat menimbulkan sejuta perdebatan.

Menyimak penampilan kesebelasan nasional, salah satu yang nampak kelemahan yang menonjol adalah operan atau passing kesebelasan Indoensia yang tidak akurat.

Akibatnya, bola yang sudah susah payah direbut atau dikuasai, malah dengan begitu mudah diberikan beralih ke lawan.

Terlepas begitu saja. Kelihatannya, pemain Indonesia yang menjadi anak asuh coach Shin Tae-yonh masih perlu diajarkan, terus diingatkan dan dididik dengan keras kembali, bagaimana melakukan hal-hal elementer seperti ini.

Kami juga menyaksikan, ketika para pemain Indonesia menguasai bola untuk membangun serangan, umumnya tak ada pemain yang berlari tanpa bola untuk mencari posisi terbaik menerima operan atau umpan.

Ini juga menyangkut visi. Manakala Indoensia membangun serangah dari bawah dari kaki ke kami, tentu ada tujuanya, yakni membuka peluang masuk ke pertahanan lawan. Bukan sekedar “utak-atik” bola tanpa tujuan, dan kalau sudah terdesak malah dibalikan kembali ke belakang.

Memang terdapat sejumlah pengecuali, belari tanpa bola beberapa kali dilakukan pemain depan saat membangun seragan dengan umpan terobosan.

Tanpa diduga ada penyerang kita yang berlari tanpa bola dan siap menerima umpan dari belakang sehingga mengacaukan pertahanan lawan.

Selebih, pada umumnya pemain seperti bingung apa yang harus mereka lakukan.

Hal elementer lainnnya, para pemain juga jarang “menjemput bola” atau memotong bola lawan.

Pemain Indonesia didikan coach Shin Tae-yong cenderung menunggu bola di belakang pemain lawan. Akibatnya lawan lebih mudah menerima operan dari kawannya dan memguasai bola.

Ada satu lagi kelemahan yang paling fatal. Hilang atau berkurangnya “naluri membunuh” dari pemain Indonesia.

Maksudnya, masih sangat buruknya “finishing touch “ para pemain. Banyak peluang hilang karen buruknha penyelesaian akhir.

Ke depan “naluri membunuh” alias menjebloskan bola ke gawang lawan harus sangat ditingkatkan lagi. Pertandingan bola adalah bagaimana cara memasukan bola ke gawang lawan, betapapun kecilnya peluang yang ada.

Seorang pelatih Brazil pernah mengatakan, tidak apa gawang kita banyak kebobolan, asalkan kita dapat membobol gawang lawan lebih banyak lagi!

Sudah saatnya coach Shin Tae-yong memberikan kemenangan dan gelar kepada kesebelasan Indonesia.

Apapun metodenya, apapun proaes, tujuan akhir dari sebuah pertandinganan sepak bola adalah memengkan pertarungan dan meraih gelar juara.

Bangsa Indonesia sudah sangat rindu terhadap pencapaian ini. Terserah mau adanya dan dipakainya pemain keturunan yang bermain di luar negeri, lewat naturalisasi, pemain lokal atau pun pemain muda atau tua, tak soal. Pokoknya ada hasil yang melegakan.

Soal bagaimana strategi dan taktik mencapai kemenangan itu, tentu coach Shin Tae-yong lebih faham.

Apakah mau mengandalkan 4-4-2, atau 4-3-3 atau memakai tiga bek dan striker murni atau tidak, dan sebagainya, itu sepenuhnya kemampuan dan otoritas coach Shin Tae-yong.

Namun 220 juta penduduk Indonesia mendambakan kapan terbukti Indonesia menang dan juara.

Setelah sekitar dua tahun coach Shin Tae-yong meminpin pasukan Indonesia, kini saatnya coach Shin Tae-yong membuat pipa penyaluran luapan emosi pengemar sepak bola Indonesia dengan memberikan prestasi dan gelar buat kesebelasan Indonesia. 


Tribunnews.com

Posting Komentar

© Inpost. All rights reserved. Premium By Raushan Design