Mereka harus berjuang agar pertandingan musim ini bisa diselesaikan dengan terhormat.

Dua pemain Indonesia yang berkarir di daratan Eropa yakni Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman tengah mengalami hal buruk.

Sosok dua pesepak bola asal Indonesia, Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman tengah mengalami hal pahit bersama klubnya FK Senica.


Di mana, klub asal Slovakia itu dikabarkan tengah terlilit hutang sebesar 1 juta euro atau Rp 15,7 miliar.

Akibatnya, sejumlah pemain pun terpaksa harus merasakan dampak dari krisis finansial klub.

Mereka dikabarkan tidak akan difasilitasi kendaraan klub untuk bermain di kandang lawan hingga masalah terkait tunjangan dan gaji.


"Pemain tidak akan menerima gaji sampai akhir musim. Mereka harus melakukan perjalanan dengan mobil dan biaya sendiri ketika bertanding ke markas lawan," pernyataan dari Sport SK dilansir dari Kompas.com

"Mereka tidak akan menerima tunjangan tempat tinggal atau konsumsi," tulisnya.


"Pemilik tetap menyatakan ambisi mereka untuk menyelesaikan liga dengan kehormatan."

Di tengah situasi pahit, namun ada satu rekan Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman yang menceritakan bernama Petr Pavlik angkat bicara.

Ia mengaku bahwa kondisi tim FK Senica ini adalah tamparan keras, meski begitu pemain satu ini tak ingin meninggalkan klub.

"Ini adalah tamparan keras. Ini adalah waktu yang sulit, tidak hanya bagi kita tetapi juga seluruh keluarga," kata Petr.

"Orang tua dan teman-teman kita turut membantu kami."

"Saya tidak ingin meninggalkan klub, saya tidak tahu ke mana arahnya."

"Namun di lain sisi, situasi seperti ini tidak bisa dibiarkan terjadi terus menerus," tuturnya.

Sementara itu, kedua pemain asal Indonesia, Egy dan Witan dipastikan bakal mengalami situasi sulit hingga kontrak mereka berkahir.

Untuk Egy Maulana Vikri sendiri akan habis pada 30 Juni 2023, sedangkan Witan hingga 30 Juni 2022.

batam.tribunnews.com