4 Penyerang Pilihan Shin Tae-yong di Timnas : Beda Generasi Beda Karakter

Aksi Dedik Setiawan (kiri) di laga leg pertama final Piala AFF 2020 antara Timnas Indonesia vs Thailand di National Stadium, Singapura, Rabu (29/12/2021) malam WIB. (c) AP Photo

Empat pemain berposisi penyerang dipanggil Shin Tae-yong untuk memperkuat Timnas Indonesia di laga uji coba melawan Timor Leste. Laga uji coba FIFA Matchday itu akan digelar 24 dan 27 Januari 2022 di Bali.

Dari 27 pemain yang dipanggil memperkuat Timnas Indonesia, Shin Tae-yong memasukkan empat striker, di mana boleh dibilang berasal dari generasi yang berbeda.

Keempat pemain di lini depan itu adalah Dedik Setiawan, M. Ralfi, Hanis Saghara, dan Ronaldo Kwateh. Ketiganya merupakan perpaduan dari pemain senior, U-23, dan U-19.

Tentu itu akan sangat menarik. Ini menjadi bukti jika Shin Tae-yong ingin membentuk Timnas Indonesia yang kuat pada masa depan. Keempat striker itu juga memiliki tipikal yang berbeda.

Seperti apa karakter para penyerang pilihan Shin Tae-yong? Simak ulasannya di bawah ini ya Bolaneters:

Dedik Setiawan

Pemain Timnas Indonesia, Dedik Setiawan. (c) PSSI

Striker ini paling banyak dibicarakan netizen di media sosial setelah Piala AFF 2020 di Singapura. Dedik dinilai minim kontribusi selama Tim Garuda tampil di Singapura itu.

Pemain Arema FC ini tidak mencetak satu gol pun dalam enam laga yang dijalani oleh Timnas Indonesia. Sementara di level klub, performa Dedik musim ini juga bisa dibilang melempem. Dia baru mencetka satu gol dalam 13 laga.

Jadi kelemahannya sudah terlihat. Ketajamannya di depan gawang masih belum kembali. Padahal dia sempat menjadi striker subur di Liga 1 pada musim 2018 hingga 2019. Bisa jadi Dedik kehilangan ketajaman setelah istirahat lama pada 2019. Ketika itu ia menjalani operasi lutut.

Kelebihannya, Dedik memiliki kecepatan dan tipe penyerang yang ngotot. Selain itu, di Timnas Indonesia saat ini dia menjadi striker paling senior. Sementara di luar lapangan dia merupakan pemain yang dikenal santun.

M Rafli

M Rafli (c) Bola.com/Vitalis Yogi Trisna

Penyerang yang unik. Bersama klubnya, Arema FC, M. Rafli lebih sering menjadi gelandang serang. Tapi, di Timnas Indonesia U-23, Rafli sempat menjadi targetman dan cukup subur.

Ketika di level klub, permainannya tergolong apik. Banyak yang menilai Rafli seharusnya masuk dalam skuad Piala AFF 2020 lalu. Netizen melihatnya lebih layak menjadi striker Timnas Indonesia ketimbang rekannya, Dedik Setiawan.

Kelebihan Rafli adalah kuat menahan bola. Skill-nya juga bagus. Ketika bermain di Liga 1, Rafli bermain 18 kali dan menyumbangkan 4 gol dan 2 assist.

Kurang tajam memang, tapi perlu diingat perannya sebagai second striker. Kelebihan lainnya di punya tanggung jawab akurat. Musim ini dua gol dicetaknya lewat tendangan bebas.

Namun, bukan berarti dia tidak memiliki kelemahan. Fisiknya sering kedodoran, sehingga Rafli sering ditarik keluar pada babak kedua. Ini yang selama ini menjadi pekerjaan rumah tim pelatih Singo Edan. Kini pelatih Timnas Indonesia juga bertugas untuk memperbaikinya.

Hanis Saghara

Aksi Hanis Saghara (tengah) di laga leg pertama semifinal Piala AFF 2020 antara Singapura vs Timnas Indonesia di National Stadium, Rabu (22/12/2021) malam WIB. (c) AP Photo

Sebagai seorang striker, bisa dibilang Hanis masih kurang tajam. Ini bisa dilihat di Piala AFF 2020 dan di klubnya, Persikabo 1973. Tampil di Piala AFF 2020 yang digelar di Singapura pada akhir tahun lalu, dia tidak mencetak gol. Sementara di Liga 1 baru satu biji gol koleksinya, sama seperti Dedik Setiawan.

Tapi, di balik itu ada sisi positif dari karakter bermainnya. Hanis memang bukan tipikal targetman, dia cukup ulet ketika membawa bola. Bisa dibilang striker berusia 22 tahun itu tipikal pekerja keras di lini depan.

Hanis sempat menjadi andalan di lini depan Timnas Indonesia ketika masih di kelompok usia. Namun, di Timnas Indonesia senior, dia butuh lebih banyak jam terbang.

Sayangnya, di klub pun dia bukan pilihan utama. Ini sebuah persoalan yang harus dihadapinya, karena dia sulit menemukan performa terbaik ketika di klub jarang merasakan atmosfer pertandingan.

Ronaldo Kwateh

BRI Liga 1: Pemain Madura United, Ronaldo Joybera Kwateh (nomor 77) (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

Striker paling muda yang dapat panggilan dalam pemusatan latihan ini. Ronaldo baru 17 tahun. Tapi dia dianggap punya potensi besar. Darah sepak bola dari ayahnya, Roberto Kwateh, mantan pemain asing di Liga Indonesia asal Liberia.

Bicara ketajaman, Ronaldo masih belum memberi bukti. Bersama klubnya, Madura United, Ronaldo dapat kesempatan 9 kali bermain dan belum mencetak gol.

Sementara di tim nasional senior, ini juga kali pertama dia dipanggil. Sebagai striker, dia punya kelebihan. Cepat dan berteknik tinggi. Mental tandingnya juga bagus meski usianya baru 17 tahun. Dia tak grogi saat menghadapi pemain belakang yang lebih senior.

Tapi, karena masih minim pengalaman, Ronaldo masih butuh jam terbang untuk membuat permainannya lebih matang. Terutama saat mengambil keputusan tetap membawa bola atau melepaskan tembakan atau umpan ke rekannya.

m.bola.net

Posting Komentar

© Inpost. All rights reserved. Premium By Raushan Design